Kamis, 01 Desember 2011

tak terasa waktu berjalan begitu cepat. Sekarang aku dah kuliah!!! betapa cepat waktu berlalu, sudah 18 tahun aku berada di dunia ini. hari-hari sebagai mahasiswa memang cukup membuatku harus beradaptasi kembali. beradaptasi dengan lingkungan baru, jauh dari orang tua, harus hidup mandiri. tapi ya itulah hidup. butuh perjuangan dan pengorbanan.
asyik juga menjadi mahasiswa. banyak temen baru, dosen yang super keren(cerdas banget maksudnya). yang lebih asyiknya lagi: dapet temen dari myanmar..!!! aaaaaaa..
waktu awal-awal gelagapan juga sie, ga mudeng apa yang dia omongin. but, lama kelamaan aku bisa mengimbangi dia juga.. banyak belajar dari dia, dari ngomong bahasa inggrisnya, budaya orang2 myanmar, kehidupan di myanmar, dll.
yang paling nggak terlupakan adalah waktu PPSMB. Kayak ospek gitu. banyak banget motivasi2 dari mapres fakultas kedokteran dan dari fakultas2 lain. sangat menginspirasi pastinya. mapres2 ini rata-rata udah pada pergi ke luar negeri entah itu untuk exchange student ataupun untuk presentasi penelitian yang mereka lakukan. wah.. kerenlah pokoknya. pengeeeeeennn banget menjadi seperti mereka.
semoga suatu saat nanti, aku bisa mendapatkan kesempatan itu ya ALLAH
Amiiiinnn :)

Selasa, 19 Juli 2011

semangat seyum

aku adalah aku.
berbeda dengan orang lain.
aku adalah aku,
mencoba untuk selalu tegar meski cobaan terus saja datang tak pernah henti.
mencoba untuk selalu bersyukur di balik setiap kekurangan dan kelemahan yang aku miliki.
orang bijak mengatakan bahwa di balik kekurangan pasti ada kelebihan.
dan aku percaya itu.
dari satu sisi aku memang boleh dibilang kurang
tapi aku tahu, aku punya kelebihan
kelebihan yang insya ALLAH bisa aku maksimalkan dan bisa menjadi penyemangatku untuk meraih masa depan yang lebih baik
semoga
Allah selalu menyertaimu
amiiiiiiiinnn

Minggu, 24 April 2011

my first day in jakarta

sambil nunggu pengumuman ujian nasional, aku ikut mbQ ke jakarta.
tapi,oh,,,
baru sehari di jakarta,
rasanya panaaaaaaaaaaaaaaaassssssss banget...
tapi kenapa orang-orang pada berminat yak buat hijrah ke jakarta???
heran deh..,

Selasa, 05 April 2011

ujian oh ujian

tanggal 18 apriL...
Tanggal keramat
kenapa?
karena pada tanggal itu seolah-olah perjuangan kita selama belajar di sma tercinta musti ditentukan..
harus bahagia atau sedih atau bingung???
bahagia,
karena sebentar lagi kita akan melangkah ke kehidupan yang lebih tinggi,yang menuntut kita untuk bersikap lebih dewasa...
sedih,
karena harus berpisah dengan teman-teman dan orang-orang yang amat kita cintai,
melepas masa putih abu-abu...
atau malah bingung karena belum siap menghadapi uan,
bingung menentukan Perguruan tinggi yang akan dimasuki???

berbagai perasaan pastinya akan mendatangi kita...
so,ikhtiar dan doa-lah yang bisa kita lakukan sekarang..
berusaha semaksimal mungkin agar hasilnya juga maksimal dan sesuai keinginan kita...
TETAP SEMANGAT DAN KEEP SMILING,...
^_^^

Selasa, 08 Maret 2011

Pers dan Peranannya

A. Pengertian Pers
Istilah “pers” berasal dari bahasa Belanda, yang dalam bahasa Inggris berarti press.
Secara harfiah pers berarti cetak dan secara maknawiah berarti penyiaran secara tercetak atau publikasi secara dicetak (printed publication).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia:
 Alat cetak untuk mencetak buku atau surat kabar
 Alat untuk menjepit, memadatkan
 Surat kabar dan majalah yang berisi berita
 Orang yang bekerja di bidang persuratkabaran
Menurut Ensiklopedia Pers Indonesia
Pers merupakan sebutan bagi penerbit/perusahaan /kalangan yang berkaitan dengan media massa atau wartawan.
Menurut Leksikon Komunikasi
1. Usaha percetakan dan penerbitan
2. Usaha pengumpulan dan penyiaran berita
3. Penyiaran berita melalui surat kabar, majalah, radio, televisi
Dalam perkembangannya pers mempunyai dua pengertian, yakni pers dalam pengertian luas dan pers dalam pengertian sempit.
• Dalam pengertian luas, pers mencakup semua media komunikasi massa, seperti radio, televisi, dan film yang berfungsi memancarkan/ menyebarkan informasi, berita, gagasan, pikiran, atau perasaan seseorang atau sekelompok orang kepada orang lain.
• Dalam pengertian sempit, pers hanya digolongkan produk-produk penerbitan yang melewati proses percetakan, seperti surat kabar harian, majalah mingguan, majalah tengah bulanan dan sebagainya yang dikenal sebagai media cetak.
Pers mempunyai dua sisi kedudukan,yaitu:
 Pertama, ia merupakan medium komunikasi yang tertua di dunia,
 Kedua, pers sebagai lembaga masyarakat atau institusi sosial merupakan bagian integral dari masyarakat, dan bukan merupakan unsur yang asing dan terpisah daripadanya. Dan sebagai lembaga masyarakat ia mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lembaga- lembaga masyarakat lainnya



B. Sejarah Pers
Pada zaman pemerintahan Cayus Julius (100-44 SM) di negara Romawi, dipancangkan beberapa papan tulis putih di lapangan terbuka di tempat rakyat berkumpul. Papan tulis yang disebut Forum Romanum itu berisi pengumuman- pengumuman resmi. Menurut isinya, papan pengumuman ini dapat dibedakan atas dua macam. Pertama Acta Senatus yang memuat laporan-laporan singkat tentang sidang-sidang senat dan keputusan-keputusannya. Kedua, Acta Diurna Populi Romawi yang memuat keputusan-keputusan dari rapat-rapat rakyat dan berita- berita lainnya. Acta Diurna ini merupakan alat propaganda pemerintah Romawi yang memuat berita-berita mengenai peristiwa-peristiwa yang perlu diketahui oleh rakyat.
• Sejarah perkembangan pers dunia (Eropa)
Sejarah perkembangan pers di dunia khususnya di Eropa tak pernah jauh merupakan cerminan dari pada zaman Romawi dan ditandai dengan lahirnya wartawan-wartawan pertama. Wartawan-wartwan ini terdiri atas budak-budak belian yang oleh pemiliknya diberi tugas mengumpulkan informasi, berita-berita, bahkan juga menghadiri sidang-sidang senat dan melaporkan semua hasilnya baik secara lisan maupun tulisan.
Surat kabar cetakan pertama baru terbit pada tahun 911 di Cina. Namanya King Pau, Surat kabar milik pemerintah yang diterbitkan dengan suatu peraturan khusus dari Kaisar Quang Soo ini, isinya adalah keputusan-keputusan rapat-rapat permusyawaratan dan berita-berita dari istana.
 Sejarah Pers Kolonial
Pers Kolonial adalah pers yang diusahakan oleh orang-orang Belanda di Indonesia pada masa kolonial/penjajahan. Pers kolonial meliputi surat kabar, majalah, dan koran berbahasa Belanda, daerah atau Indonesia, yang bertujuan membela kepentingan kaum kolonialis Belanda.
 Sejarah Pers China
Pers Cina adalah pers yang diusahakan oleh orang-orang Cina di Indonesia. Pers Cina meliputi koran-koran, majalah dalam bahasa Cina, Indonesia atau Belanda, yang diterbitkan oleh golongan penduduk keturunan Cina.
 Sejarah Pers Nasional
Pers Nasional adalah pers yang diusahakan oleh orang-orang Indonesia terutama orang-orang pergerakan dan diperuntukkan bagi orang Indonesia. Pers ini bertujuan memperjuangkan hak-hak bangsa Indonesia di masa penjajahan. Tirtohadisorejo atau Raden Djokomono, pendiri surat kabar mingguan Medan Priyayi yang sejak 1910 berkembang menjadi harian, dianggap sebagai tokoh pemrakarsa pers Nasional.



Perkembangan Pers Nasional
1. Zaman Belanda
Pada tahun 1828 di Jakarta diterbitkan Javasche Courant yang isinya memuat berita- berita resmi pemerintahan, berita lelang dan berita kutipan dari harian-harian di Eropa. Sedangkan di Surabaya Soerabajash Advertentiebland terbit pada tahun 1835 yang kemudian namanya diganti menjadi Soerabajash Niews en Advertentiebland. Di semarang terbit Semarangsche Advertentiebland dan Semarangsche Courant. Di Padang surat kabar yang terbit adalah Soematra courant, Padang Handeslsbland dan Bentara Melajoe.
Di Makassar (Ujung Pandang) terbit Celebe Courant dan Makassaarch Handelsbland. Surat- surat kabar yang terbit pada masa ini tidak mempunyai arti secara politis, karena lebih merupakan surat kabar periklanan. Tirasnya tidak lebih dari 1000-1200 eksemplar setiap kali terbit. Semua penerbit terkena peraturan, setiap penerbitan tidak boleh diedarkan sebelum diperiksa oleh penguasa setempat.
Pada tahun 1885 di seluruh daerah yang dikuasai Belanda terdapat 16 surat kabar
berbahasa Belanda, dan 12 surat kabar berbahasa melayu diantaranya adalah Bintang Barat, Hindia-Nederland, Dinihari, Bintang Djohar, Selompret Melayudan Tjahaja Moelia, Pemberitaan Bahroe (Surabaya) dan Surat kabar berbahasa jawa Bromartani yang terbit di Solo.

2. Zaman Jepang
Ketika Jepang datang ke Indonesia, surat kabar-surat kabar yang ada di Indonesia diambil alih pelan-pelan. Beberapa surat kabar disatukan dengan alasan menghemat alat- alat tenaga. Tujuan sebenarnya adalah agar pemerintah Jepang dapat memperketat pengawasan terhadap isi surat kabar. Kantor berita Antara pun diambil alih dan diteruskan oleh kantor berita Yashima dan selanjutnya berada dibawah pusat pemberitaan Jepang, yakni Domei. Wartawan-wartawan Indonesia pada saat itu hanya bekerja sebagai pegawai, sedangkan yang diberi pengaruh serta kedudukan adalah wartawan yang sengaja didatangkan dari Jepang. Pada masa itu surat kabar hanya bersifat propaganda dan memuji-muji pemerintah dan tentara Jepang.
 Pers pada masa Revolusi
Pada masa ini, pers sering disebut sebagai pers perjuangan. Pers Indonesia menjadi salah satu alat perjuangan untuk kemerdekaan bangsa Indonesia. Beberapa hari setelah teks proklamasi dibacakan Bung Karno, terjadi perebutan kekuasaan dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat, termasukpers. Hal yang diperebutkan terutama adalah peralatan percetakan. Pada bulan September-Desember 1945, kondisi pers RI semakin kuat, yang ditandai oleh mulai beredarnya koran Soeara Merdeka (Bandung), Berita Indonesia (Jakarta), Merdeka, Independent, Indonesian News Bulletin, Warta Indonesia, dan The Voice of Free Indonesia.
 Pers pada masa Demokrasi Liberal
Masa ini merupakan masa pemerintahan parlementer atau masa demokrasi liberal. Pada masa demokrasi liberal, banyak didirikan partai politik dalam rangka memperkuat sistem pemerintah parlementer. Pers, pada masa itu merupakan alat propaganda dari Par- Pol. Beberapa partai politik memiliki media/koran sebagai corong partainya. Pada masa itu, pers dikenal sebagai pers partisipan.
 Pers pada masa Demokrasi Terpimpin
Pergolakan politik yang terus terjadi selama era demokrasi liberal, menyebabkan Presiden Soekarno mengubah sistem politik yang berlaku di Indonesia. Pada 28 Oktober 1956, Soekarno mengajukan untuk mengubah demokrasi liberal menjadi demokrasi terpimpin. Selanjutnya, pada Februari 1957, Soekarno kembali mengemukakan konsep demokrasi Terpimpin yang diinginkannya. Hampir berselang dengan terjadinya berbagai pemberontakan di banyak daerah di Indonesia yang melihat sentralitas atas hanya daerah dan penduduk Jawa. Munculnya berbagai pemberontakan di daerah dan di pusat sendiri, membuat Soekarno mengeluarkan Undang-Undang Darurat Perang pada 14 Maret 1957. Selama dua tahun Indonesia terkungkung dalam perseturuan antara parlemen melawan rezim Soekarno yang berkolaborasi dengan militer. Namun, tak berselang lama, Soekarno menerbitkan dekrit kembali ke Undang-Undang Dasar 45, disusul dengan pelarangan Partai Sosialis Indonesia dan Masyumi, karena keterlibatan kedua partai tersebut dalam pemberontakan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) pada tahun 1958 di Sumatera.

C. Fungsi Pers
a. Pers sebagai Informasi (to inform)
Fungsi pertama dari lima fungsi utama pers ialah menyapaikan informasi secepat-cepatnya kepada masyarakat yang seluas-luasnya. Setiap informasi yang disampaikan harus memenuhi kriteri dasar: actual, akurat, factual, menarik atau penting, benar, lengkap, utuh, jelas-jernih, jujur adil, berimbang, relevan, bermanfaat dan etis
b. Pers sebagai Edukasi (to educate)
Apa pun informasi yang disebarluaskan pers hendaklah dalam kerangka mendidik (to educate). Sebagai lembaga ekonomi, pers memang dituntut berorientasi komersil untuk memperoleh keuntungan financial . Namun, orientasi dan misi komersil itu, sama sekali tidak boleh mengurangi, apalagi meniadakan fungsi dan tanggung jawab social, Seperti ditegaskan Wilbur Schramm dalam men, messages, dan media (1973), bagi masyarakat, pers adalah weatcher, teacher dan forum (pengamat, guru dan forum).


c. Pers sebagai koreksi ( to influence)
Pers adalah pilar demokrasi keempat setelah legislative, eksekutif, dan yudikatif dalam kerangka ini, kehadiran pers dimaksudkan untuk mengawasi atau mengontrol kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif agar kekuasaan mereka tidak menjadi korup dan absolut.
d. Pers sebagai rekreasi (to intertain)
Fungsi keempat pers adalah meghibur, pers harus mampu memerankan dirinya sebagai wahana rekreasi yang mnyenangkan sekaligus yang menyehatkan bagi semua lapisan masyarakat. Artinya apa pun pesan rekreatif yang disajikan mulai dari cerita pendek sampai kepada teka-teki silang dan anekdot, tidak boleh bersifat negatif apalagi destruktif.
e. Pers sebagai mediasi (to mediate)
Mediasi artinya penghubung atau sebgai fasilatator atau mediator. Pers harus mampu menghubungkan tempat yang satu dengan tempat yang lain, peristiwa yang satu dengan peristiwa yang lain, orang yang satu dengan eristiwa yang lain, atau orang yang satu dengan orang yang lain pada saat yang sama. Dalam buku karya McLuhan, Understanding Media (19966) menyatakan pers adalah perpanjang dan perluasan manusia (the extented of man).

D. Peranan Pers
Pada pasal 6 UU Pokok pers No.40/1999, pers nasional melaksanakan peranann sebagai berikut:
1. Memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui.
2. Menegaskan nilai-nilai dasar demokrasi dan hak-hak asasi manusia serta menghormati kebhinekaan.
3. Mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat akurat, dan benar.
4. Melakukan pengawasan, kritik, koreksi dan saran terhadap halhal yang berkaitan dengan kepentingan umum.
5. Memperjuangkan keadilan dan kebenaran.

Ketika Cinta Bewrtasbih Review

Director : Chaerul Umam
Writer : Habiburrahman El Shirazy
Stars : M.Kholidi Assadil Alam as AZZAM
Oki Setiana Dewi as ANNA
Alice Sofie Norin as ELIANA
Andi Arsyil Rahman P. as FURQON
Meyda Safira as HUSNA


Ketika Cinta Bertasbih, a film directed by Chaerul Umam based on mega best seller book in South East Asia and a masterpiece from Indonesian writer, Habiburahman El Shirazy Ketika Cinta Bertasbih. He also write a best seller book before, Ayat-Ayat Cinta and was made it a film and become a box office film in Indonesia and Malaysia.
Ketika Cinta Bertasbih, it’s told about of the main character, Khairul Azzam (M. Kholidi Asadil Alam), A 28th young man, an Indonesian collage student in Al Azhar University, Cairo, Egypt. He must finished he's study until 9 years, because after he's father die. Azzam become a patriarch otomaticly. An expects to defray him self in Cairo, he also carring his family in Solo, Central Java Indonesia.
The situation makes him to get hard work day by day, in there he produce Tempe. Azzam selling the tempe for Indonesian people in there and it's make it Azzam become a popular guy in Ambassador family of Indonesia In there. One day the Ambassador daugther, Eliana (Alice Sofie Norin) invite him to be a apart of Indonesian Traditional Food and Culture day in University of Alexandria. And the moment made it two of them fall in love, but it's change when Eliana intend to give a french kiss to Azzam, because he helping make it Indonesian traditional food from Jogja for her father, and her father love it. For Azzam, french kiss is disaster, because in Islam, it wrong and sin when a man and a woman getting kiss before they marriage. Azzam is religious guy, living with Al Quran as he's rule life (all the Muslim in the world, absolutely).
From Eliana Driver's, he has an info about right women to be his wife, he living with her uncle in Cairo, Egypt. Her also an student in Al Azhar University, Cairo Egypt. Her name is Anna Althafunnisa (Oki Setiana Dewi). But the situations unside with him. Anna Althafunnisa was proposed to marriage by he's best friend, Furqon ( Andi Arsyil Rahman).
In the other side, Furqon have a big problem. He has HIV AIDS in his body. He knows about disease a little while Anna says "I do" to be his wife. It's so complicated for him, he really falls in love but the other side he won't spread the dying virus to others but he won't Anna getting marriage with other guy too.
Furqon is a good guy, he is a religious man, and he has HIV AIDS with accident. Mysterious girl from Italy, inject the virus when he sleep in his room. Egypt police department give the expression extortion crime in behind the story that expressed with black latter when the Italian girls require $ 200.000 from Furqon.
A long story for them to getting true loves. And this film giving much religious values for people was watching.
Screenplay of Ketika Cinta Bertasbih written by Imam Tantowi and produce by SinemArt Picture. Need a long time and hard work to find all the character in this film. SinemArt Picture was arranged the audition in several big city in Indonesia for several month. And spending a lot of money to produce this movie, $4.000.000.
The setting of this movie is true depiction of how it's was told in the novel. The audience will be spoiled with beautiful imageries of the Nile River, Pyramid, Sphinxes, and the city of Alexandria. The breath taking view of Mediterranean Sea and Qait Bay tower are only some of wonderful Egyptian Landscapes we'll find in this movie. And more the location of this movie also takes it in Solo, Central Java, Indonesia. This movie is worth it to watching.

Setrika Arang Emak

Mak, arangnya sudah habis nih,” aku berteriak sekencang mungkin agar Emak mendengar suaraku. Maklum beliau sudah tua.
“Ada apa, sih. Tidak usah teriak-teriak begitu kenapa, malu kan sama tetangga,” ujar Emak sambil tergopoh-gopoh menghampiriku.
“Arangnya sudah habis tuh, gimana mau nyetrika,” rungutku kesal.
Bagaimana tidak kesal, sudah capek-capek pulang dari sekolah masih saja disuruh menyetrika baju yang bejibun banyaknya. Mana persediaan arang kami sudah habis. Meski sekarang zaman sudah canggih, kami masih tetap menggunakan setrika arang. Memang sakarang sudah jarang orang yang memakai setrika arang, tapi bagi Emak itu bukan masalah. Pernah suatu hari aku mengusulkan agar Emak membeli setrika yang baru saja tapi apa jawabnya?
“ Sebaiknya kita tetap melestarikan alat tradisional agar tidak punah,” begitulah kira-kira jawaban Emak. Heuhh…sebal juga berbicara dengan orang zaman dulu alias jadul, batinku.
Memang di rumah kami sekarang, setidaknya di kampung kami tepatnya, listrik sudah ada tapi Emak tetap berusaha untuk tetap hemat. Listrik di rumah kami hanya terpasang 450 watt tapi itu tidak seluruhnya kami gunakan. Kami hanya mempunyai beberapa lampu yang sedikit saja digunakan, itupun lampu neon 10 watt sebanyak dua buah dan yang lain hanya empat buah dop kecil lima watt untuk penerangan pada bagian tertentu di rumah kami seperti dapur, kamar mandi, dan ruang tamu. Bahkan televisi empat belas inci pun jarang kami hidupkan dan tonton bersama.
Alasannya sepele, kami tidak mungkin mampu membayar rekening listrik tiap bulan jika seluruh listrik di rumah kami menyala termasuk saat kami ingin menonton televisi. Jadi, Emak bersikeras untuk tidak memakai setrika yang lebih modern seperti kebanyakan milik orang-orang dan para tetangga yang tinggal mencolokkannya saja sudah ‘panas’. Tidak perlu kipas-kipas segala untuk menghidupkan arangnya baru bisa dipakai menyetrika.
Dulu sewaktu ayah masih ada dan masih sehat, ayahlah yang menjadi tulang punggung keuangan keluarga kami. Ayah bekerja sebagai tukang kebun di sebuah
sekolah swasta di kota kami. Walau dengan gaji pas-pasan, kami tidak takut untuk membayar rekening listrik. Pembayarannya tak lebih dari lima puluh ribu rupiah dan kami bisa menggunakan fasilitas listrik dengan baik dan sedikit lebih hemat. Akan tetapi, sekarang semuanya sudah berubah.
Ayah sudah meninggal empat tahun yang lalu saat aku masih duduk di kelas satu SMP. Mau tak mau Emak yang memang bekerja sebagai buruh cuci benar-benar membanting tulang memeras keringat untuk membiayai kehidupan kami. Dengan anak tiga orang dan semuanya masih sekolah, kami harus tahu diri dan harus saling bahu-membahu membantu meringankan pekerjaan Emak.
Dulu memang banyak pelanggan-pelanggan yang datang ke rumah kami, meminta menyucikan baju sekaligus menyetrikakannya dengan rapi, baru kemudian Emak mendapat bayaran. Lumayanlah untuk biaya hidup kami sekeluarga. Dengan penghasilan sekitar seratus lima puluh ribu per bulan, Emak dapat menambah penghasilan. Bahkan aku ingat apa yang pernah ayah katakan pada kami waktu itu, saat kami semua belajar di ruang tamu seperti biasa saat malam tiba.
“Ayah ingin kalian belajar dengan baik hingga suatu saat nanti kalian tidak akan seperti Ayah dan Emak kalian yang kesulitan mencari pekerjaan yang layak,” kata ayah waktu itu sambil memperhatikan kami satu per satu.
“Meski kehidupan kita seperti ini, ayah tidak akan pernah berhenti untuk menyekolahkan kalian hingga ke perguruan tinggi. Namun, ingat pesan ayah, kalian jangan pernah malu dengan apa yang dimiliki orang tua kalian saat ini.” Sesaat ayah menghela napas sebelum melanjutkan kata-katanya.
“Karena atas izin Allah jualah apa yang dimiliki Ayah dan Emak suatu saat akan menjadikan kalian orang-orang yang berguna. Ayah harap kalian tetap belajar dengan rajin agar kehidupan kalian kelak lebih cerah,” lanjut ayah, menjadikan kata-katanya suatu pertanda bahwa pada suatu saat nanti ayah akan meninggalkan kami semua untuk kembali ke pangkuan Sang Pencipta.
Ah, ayah…andai engkau masih ada mungkin Emak tak akan seperti ini. Bekerja seorang diri mencari uang untuk memenuhi keinginan ayah agar kami semua bisa bersekolah. Walau keadaan waktu itu tidak pernah terbayang dalam benakku untuk terus menjalani kehidupan yang seperti berbalik dari kehidupan kami saat ini. Namun, aku berjanji untuk tidak menyia-nyiakan perjuangan Emak dan harapan ayah.
“Aduh, aduh Asih, kenapa malah melamun. Ayo cepat sana beli arang dulu ke warung Bu Karti,” Emak mengagetkanku dari lamunan sesaat. Tanpa menyanggah perkataannya aku berlari keluar dan membeli arang di warung yang tidak seberapa jauh dari rumah kami.
*****
Malam ini kami semua berkumpul di ruang tamu. Pagi tadi sewaktu kami pamitan berangkat ke sekolah Emak meminta agar malam ini kami semua berkumpul, katanya ada sesuatu yang ingin Emak sampaikan. Entah apa yang akan Emak katakan karena hingga beberapa menit berlalu Emak hanya memandang kami satu per satu.
“Mak, cepat dong. Emak mau bicara apa sih?” si bungsu Yola mulai merajuk sambil mengguncang-guncang lengan Emak.
“Iya, Mak. Masak dari tadi kita cuma bengong terus. Katanya disuruh kumpul malam ini, tapi kok pada bengong-bengongan gitu,” Aris, adikku yang nomor dua, juga mulai bosan dengan suasana yang senyap seperti itu dan mulai angkat bicara. Sementara diriku masih terus bersabar menunggu apa yang akan dibicarakan Emak. Hatiku mulai bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi karena tidak biasanya Emak meminta kami semua berkumpul seperti ini. Aku yakin pasti ada sesuatu yang membuat beliau hingga meminta anak-anaknya untuk berkumpul seperti akan disidang. Beberapa saat kulihat Emak mulai menahan napas kemudian sebuah kalimat mulai keluar dari celah-celah bibir yang mulai tua dan terlihat nampak gemetar.
“Asih, Aris, dan juga Yola, mulai sekarang kalian harus dengarkan kata-kata Emak, ya. Emak sekarang sudah kesulitan mencari pelanggan karena sudah adanya toko laundry yang sudah dibuka oleh Wak Haji Karim. Semua pelanggan Emak sudah berpindah tempat.”
Emak kembali menarik napas sementara kami bertiga tercenung mendengarkan kata demi kata yang beliau ucapkan. Sungguh ini berita yang tak kami duga. Membayangkan Emak tidak bekerja dan para pelanggan yang tak mau lagi menitipkan cuciannya pada Emak, bukankah itu berarti ekonomi kami akan semakin sulit? Ditambah BBM yang semakin hari semakin membumbung tinggi. Lalu bagaimana kami bisa bertahan hidup sedangkan lahan untuk mencari nafkah saja sudah susah seperti ini?
“Emak harap kalian tidak patah semangat untuk terus belajar. Walaupun keadaan ekonomi kita sekarang tersendat-sendat, tetaplah kalian belajar dan terus berdoa semoga kita dapat mencari jalan keluarnya. Allah Maha Mengetahui kesulitan hamba-Nya dan pasti akan menolong hamba-Nya yang kesusahan,” ujar Emak dengan suara yang serak.
Mendengar perkataan Emak, aku mulai gelisah. Mungkinkah ini cobaan bagi kami? Lalu apa yang harus kulakukan sekarang jika keadaan terus saja seperti ini? Aku masih sekolah dan belum tamat SMA, Aris masih kelas dua SMP, dan si bungsu Yola masih duduk di bangku kelas enam SD yang sebentar lagi akan membutuhkan biaya yang tidak sedikit untuk melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi. Aku mendesah perlahan. Pikiranku sangat kalut.
*****
Tadi pagi aku berjalan-jalan di sekitar kampung dan iseng-iseng aku juga ingin melihat toko laundry yang pernah dikatakan Emak beberapa bulan yang lalu.sampai di depan sebuah toko bertuliskan “Laundry Karim” yang tak lain adalah milik Wak Haji Karim aku tertegun sejenak. Ada tiga buah mesin cuci yang ketiga-tiganya mengeluarkan bunyi yang sangat ramai. Aku juga melihat beberapa anak sebayaku tengah asyik menyetrika baju-baju yang sudah kering sambil bercengkerama dengan teman-temannya. Bahkan kulihat juga beberapa perempuan membawa baju-baju kering dan diserahkan pada perempuan-perempuan yang sedang menyetrika.
Aku sedikit heran dengan orang tersebut. Di mana tempat menjemur pakaian itu? Kenapa begitu cepat keringnya dengan baju yang sebegitu banyaknya? Dengan penuh penasaran, perlahan aku melangkah mendekati toko tersebut. Apa yang kulihat benar-benar membuatku berdecak kagum. Beberapa orang yang telah mengangkat baju-baju yang telah dicuci itu membawa baju-baju tersebut dan menyerahkannya kepada seorang lelaki tinggi besar yang berdiri di sudut ruangan itu. Laki-laki tersebut kemudian memasukkan kembali baju-baju itu pada sebuah mesin yang mungkin bisa disebut sebagai mesin pengering karena tidak berapa lama kemudian laki-laki tersebut mengambil dan menyerahkannya pada perempuan-perempuan itu untuk disetrika.
Beberapa saat aku hanya bisa menjadi penonton bagi mereka hingga akhirnya dengan perlahan karena takut ketahuan aku meninggalkan toko tersebut. Aku membayangkan seandainya Emak mau mendengarkan usulku waktu itu mungkin saat ini kami tidak akan kebingungan dengan masalah ekonomi. Hingga kini sudah lama Emak tidak menerima orderan dari orang-orang yang biasa menyucikan baju atau sekadar menyetrika. Keuangan kami semakin hari semakin menipis bahkan untuk membayar rekening listrik pun kadang kami semua kebingungan harus menunggu Emak menerima orderan lagi.
Dalam perjalanan pulang seribu bayangan berkecamuk dalam benakku. Mengapa saat ayah masih ada dulu Emak tidak mau menerima saranku untuk membeli setrika listrik, tidak seperti yang masih dipakainya saat ini harus beli arang dulu baru bisa menyetrika. Itu pun memakan waktu yang tidak cepat dan pasti sangat melelahkan.
Terkadang aku berkhayal seandainya listrik tidak ada atau petugas dari PLN mau memutuskan jaringan listrik di kampungku mungkin kami tidak akan kebingungan seperti saat ini, mencari pelanggan, dan tentunya ekonomi kami tidak akan mengalami kesulitan. Apalagi mengingat persaingan bisnis di zaman sekarang sudah semakin ketat. Mengingat kembali usaha yang dirintis oleh Emak yang masih bersikeras menggunakan alat tradisional setrika arang, tentu kalah jauh dengan usaha Wak Haji Karim yang semuanya menggunakan alat-alat yang serba modern. Aku harus mengambil tindakan untuk memecahkan persoalan ekonomi kami. Tak mungkin aku terus membebani pundak Emak yang sudah terlalu berat memikul beban hidup keluarga.
*****
Malam ini sengaja aku menemui Aris yang sejak lepas isya tadi kulihat hanya bengong di teras depan. Ada sesuatu yang harus kukatakan padanya.
“Hheh, Ris, mikirin apa kamu?”
Kulihat dia hanya menoleh sebentar ke arahku. Lalu dia mendongak ke atas yang membuatku ikut-ikutan mendongak mencari sesuatu yang membuat Aris bersikap cuek kepadaku.
“Emang di atas sana ada apa sih?” tanyaku sambil menyenggol pundaknya.
“Aris ingin mendapat jawaban dari bintang-bintang itu, Kak,” jawabnya pelan.
“Hah, jawaban apa, Ris? Ngaco kamu. Eh, Kakak mau ngomong nih,” selaku.
Belum sempat aku berbicara, Aris menatapku dan bicara mendahuluiku.
“Kak, seandainya benar kabar yang Aris terima, bisa nggak ya, Emak mendapat orderan lagi seperti dulu?”
Aku terdiam dan memandangi Aris, tak mengerti dengan apa yang dikatakannya dan berharap dia mau memberikan penjelasan padaku.
“Katanya sih, selama beberapa bulan petugas dari PLN akan memutuskan jaringan listrik untuk mengadakan perbaikan pada beberapa kerusakan yang terjadi. Pemadaman aliran listrik itu dilakukan secara bergantian di setiap kampung, yang artinya akan sampai juga pada kampung kita.”
“Emangnya kamu dapat kabar dari mana, Ris?”
“Dari teman sih, tapi mudah-mudahan itu benar-benar terjadi ya, Kak!”
“Yah…mudah-mudahan saja, Ris. Tapi Kakak rasa itu tak mungkin terjadi karena kalau itu terjadi semua kegiaan yang menggunakan jasa PLN akan jadi macet juga.”
“Kalau begitu Aris harus siap-siap menerima tawaran Mbak Meyda, dong.”
“Emangnya Mbak Meyda nawarin kerja apa sama kamu?” tanyaku penasaran.
“Di tempat Mbak Meyda selama ini kerja. Di laundry-nya Wak Haji Karim.”
Sejenak aku tertegun dengan jawaban yang diberikan Aris padaku. Aku benar-benar tidak menyangka kalau yang semula akan aku bicarakan dengan Aris malah telah didahuluinya. Semula aku berpikir ingin meminta pendapat Aris bagaimana kalau seandainya aku yang mencoba bekerja di sana karena kulihat banyak remaja sebayaku yang juga bekerja di laundry Wak Haji Karim.
“Terus kamu jawab apa, Ris?” tanyaku dengan menahan diri untuk tidak mengutarakan niatku semula.
“Aris belum jawab, Kak. Takut nggak boleh ama Emak…”
“Kalau kamu sendiri gimana?” tanyaku lagi, ingin tahu jawaban Aris.
“Kalau Aris sih, pengennya kerja biar bisa meringankan beban Emak dan menambah penghasilan agar bisa dipakai membayar sekolah Aris dan Yola, Kak.”
Aku tertegun dengan jawaban Aris karena apa yang ada dalam pikirannya saat ini begitu persis dengan apa yang aku pikirkan. Namun, akhirnya kuutarakan juga niatku pada Aris. Dia nampak terkejut dengan apa yang aku katakan.
“Aris, kalau boleh Kakak beri usul, biarlah Kakak yang akan bekerja di sana,” kataku ambil memandang wajah polos Aris.
“Lalu bagaimana dengan sekolah Kakak? Bukankah akhir-akhir ini Aris lihat Kakak banyak kegiatan di sekolah?”
“Kak Asih sudah mempertimbangkannya dengan matang. Biarlah Kakak yang akan bekerja pada Wak Haji Karim, dan untuk Emak nanti kita bicarakan bersama. Semoga Emak mau mengerti dengan usul Kakak ini.”
Aku membelai rambut hitam Aris dan tersenyum padanya untuk meyakinkannya. Apapun yang terjadi aku harus mengambil keputusan secepatnya. Tak mungkin aku terus menerus membiarkan keadaan ekonomi keluarga kami terus menurun tanpa pemasukan sedikitpun. Sejak kejadian beberapa hari yang lalu saat aku melihat sendiri laundry Wak Haji Karim, aku sudah berpikir untuk mencari cara yang terbaik. Meski membutuhkan waktu yang sangat panjang untuk memberi penjelasan dan alasan yang tepat agar tidak menyinggung perasaan Emak bila suatu saat nanti aku jadi bekerja di laundry Wak Haji Karim.
*****
Hingga saat ini aku masih terngiang-ngiang dengan kata-kata Aris tentang pemadaman listrik. Namun, sampai sekarang hal itu tak pernah terjadi. Mau tak mau aku ikut terobsesi dengan rencana pemadaman listrik dan berharap Emak akan menerima orderan lagi selama pemadaman itu terjadi. Ah….andai saja listrik benar-benar tidak ada, desahku tanpa sadar yang diamini oleh suara jangkrik di kegelapan malam.
*****